Senin, 12 Mei 2014

Proposal Pembuatan TAPE




BAB I
PENDAHULUAN

Dalam tugas kewirausahaan ini kami mencoba melakukan sebuah usaha sederhana guna mendapatkan pembelajaran untuk menjadi seorang wirausahawan. Usaha ini di dasari oleh tugas kelompok kewirausahaan dimana tugas ini dikerjaan secara berkelompok, terdiri dari Bunga Istifarna Ridha,Desi Anggrayani, Disma Yunita Sari, Elsa Yunda Prastiwi, Lusiana Indah Wijayanti, Putri Retnosari . usaha yang kami jalankan merupakan sebuah usaha singkat yang mungkin bisa menjadi peluang bagi setiap individu untuk masa yang akan datang. Saat ini kami mencoba menawarkan “ TAPE GEDHEKK ”
Tujuan usaha ini merupakan sebuah pencapaian tujuan usaha yaitu profit, akan tetapi tidak hanya sekedar profit saja yang kami coba temukan melainkan penekanan pada pengalaman sebuah proses wirausaha. Karena melalui penjualan pemasaran ini kami dituntut untuk berinteraksi dengan orang banyak, bagaimana cara menawarkan dengan baik dan sopan, meyakinkan pembeli untuk membeli prodak yang kita tawarkan dan memberikan pelayanan yang terbaik agar customer merasa puas.    


I.                        Tujuan
Laporan ini disusun dengan tujuan :
1.         Untuk memenuhi tugas Kewirausahaan
2.         Siswa dapat meningkatkan kreatifitas
3.         Melatih mental untuk menjadi wirausahawan
4.         Menambah pengalaman kewirausahaan
5.         Menanamkan jiwa kewirausahaan dalam diri siswa
6.         Menambah Wawasan
7.         Mengetahui proses pembuatan prodak jadi

II.                        Pelaksanaan Kegiatan
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan di beberapa waktu  yaitu :

                   I.  Hari/Tanggal  : Sabtu,  25  Januari 2014
 Waktu             : Pukul 12.00 – 17.00 Wib

                II.  Hari/Tanggal  : Sabtu,  01 Februari 2014
 Waktu             : Pukul 11.30 – 15.00 Wib

Kegiatan ini kami lakukan di lingkungan rumah dengan target pemasaran adalah masyarakat sekitar rumah dan teman-teman sekolah. Kegiatan ini berlangsung selama 1 hari, kami mencoba menawarkan produk kami ke teman – teman, ke tetangga sekitar.


BAB II
PROSES PRODUKSI

Dalam proses pembuatan ‘TAPE GEDHEKK’  ini, kami membuatnya di siang hari hingga sore hari. Bahan-bahan di beli sehari sebelum kami mengerjakannya.
Adapun bahan-bahan dan peralatan yang di butuhkan yaitu :

I.                        Bahan

No
BAHAN YANG DI PERLUKAN
UKURAN
HARGA
1.
SINGKONG
2 ½ kg
Rp. 7.500
2.
RAGI
5 biji
Rp. 2.000
3.
DAUN PISANG
4 Lonjor
Rp. 2.000
4.
BESEK
5 Buah
Rp. 15.000
5.
KERTAS MINYAK
5 lembar
Rp. 500

HARGA POKOK

Rp. 27.000


Tabel Bahan (1).

II.                        Peralatan
Peralatan yang diperlukan dalam pembuatan tape yaitu :
Ø  Pisau                                
Ø  Baskom
Ø  Lengser
Ø  Dandang
Ø  Parutan Keju
Ø  Piring
Ø  Supit

III.                        Cara Membuat
1.         Kupas kulit Singkong, potong-potong sesuai selera.
2.         Singkong dicuci dengan air bersih selama 3x dalam baskom.
3.         Setelah cucian ke 3, ganti dengan air bersih dan singkong di rendam selama 1 jam.
4.         Masukkan singkong dalam dandang, kukus ± 45 menit.
5.         Sambil menunggu, Ragi diparut hingga halus
6.         Letakkan ragi dipiring dan jemur sebentar.
7.         Setelah singkong masak, ambil dengan menggunakan sumpit dan letakan diatas lengser yang sudah di beri alas kertas minyak.
8.         Letakkan singkong dengan agak renggang, dan tunggu hingga dingin.
9.         Tabur singkong yang sudah dingin dengan ragi yang sudah dihaluskan.
10.     Lapisi wadah Besek dengan daun pisang yang sudah di bersihkan.
11.     Masukkan singkong kedalam besek, lipat daun pisang
12.     Tutup dengan tutup besek
13.     Diamkan selama 3 hari 2 malam
14.     (3 hari kemudian) tape siap disajikan dan dipasarkan.

IV.                        Pemasaran
Proses pemasaran yang kami lakukan yaitu dengan cara promosi langsung kepada customer, saat ‘TAPE GEDHEKK’ telah di buat. Kami mencari pembeli dengan langsung menghampiri orang-orang yang sedang istirahat dan orang-orang yang sedang duduk di luar dan di dalam ruangan rumah. Kami juga menawarkan kepada teman kelas kami, tidak sampai disitu. Setelah menawarkan produk kami akhirnya banyak terjadinya transaksi atau pembelian. Bahkan sebelum melakukan sosialisasi produk ada beberapa customer yang langsung membeli. Kebanyakan  dari pembeli kami adalah Ibu-ibu rumah tangga yang sedang santai dan sehubungan itu mereka dalam keadaan lapar, sehingga penjualan tape berjalan dengan lancar dan banyak yang membeli.

V.                        PERHITUNGAN

Dari pelaksanaan proses produksi kami telah mendapatkan hasil yaitu ‘Tape Gedekk’ dengan hasil sebanyak 5 besek,
Dengan proses produksi yang cukup rumit, adapun tabel perhitungannya :

Total hasil penjualanan (Omset)
5 (besek) x Rp. 6.500
Rp. 32.500
Modal Awal (Harga Pokok)

Rp. 27.000
Keuntungan (Laba)
Rp. 32.500 – Rp. 27.000
Rp. 5.500
           
Tabel perhitungan (2)

Jadi laba yang kami peroleh adalah Rp. 5.500,-
BAB III
PENUTUP


I.                        Kesimpulan
Bahkan dapat kami simpulkan bahwa modal bukan lah segalanya dalam dunia usaha seperti ini, asalkan ada kemauan dan keinginan dalam berusaha pasti kita bisa melakukannya. hanya saja kita harus benar-bener melihat peluang yang ada serta berbagai hal yang penting seperti target dan ide kreatifitas barang produksi.
Para siswa dalam melakukan kegiatan praktek kewirausahaan dapat memperoleh pengalaman-pengalaman dalam kegiatan usaha sebagai berikut:
a.    Siswa dapat melakukan kegiatan penjualan secara langsung dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan sekitar rumah.
b.    Siswa dapat menerapkan cara dan teknik menawarkan barang kepada pembeli.
c.    Siswa mendapat pengalaman lebih dalam bidang kewirausahaan
d.   Siswa dilatih untuk mengenali dan menghadapi bermacam tipe konsumen
e.    Melatih siswa untuk bermental yang kuat sebagai wirausaha.
  
II.                         Saran
saran yang ingin kami sampaikan yaitu semoga dalam kewirausahaan selanjutnya kegiatan praktek lapangan ini tetap bisa dilaksanakan dan ditingkatkan lebih lagi karena sangat bermanfaat bagi para siswa-siswi yang ingin menjadi seorang wirausaha yang handal, kegiatan ini dapat menjadi proses awal bagi siswa-siswi sebelum terjun langsung di dunia bisnis. Dan peluang bisnis yang sangat potensial di lingkungan sekolah SMK Negeri 10 Surabaya adalah bisnis makanan dan non makanan sehingga perlu dilanjutkan secara continue.
Berdasarkan pengalaman yang kami dapat selama menjalankan tugas, kami ingin memberikan saran kepada pembaca, diantaranya yaitu:
  1. Sebelum menjalankan tugas hendaknya membuat rencana yang matang agar tercapai hasil yang memuaskan.
  2. Kemauan, kemampuan, dan kejujuran serta tanggung jawab merupakan modal utama dalam meraih kesuksesan.
  3. Seorang wirausaha harus tekun, ulet, pantang menyerah, percaya diri, dan mandiri.
  4. Kemampuan melihat peluang bisnis merupakan modal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan usaha. 

Resensi Novel *Negeri 5 Menara*


Resensi Novel

 

 


    I.            Identitas Buku :
1.         Judul Buku          : Negeri 5 Menara
2.         Pengarang            : Ahmad Fuadi
3.         Penerbit               : PT. Gramedia Pustaka Utama
4.         Tahun Terbit        : 2009
5.         Cetakan               : kelimabelas Maret 2012
6.         Tebal Buku          : 420 Halaman

    II.            Sinopsis
Alif Fikri berasal dari Maninjau, Bukittinggi, Sumatra barat, adalah seorang anak laki-laki desa yang sangat pintar. Ia dan teman baiknya Randai memiliki mimpi yang sama yaitu masuk ke SMA terbaik di Bukittinggi dan melanjutkan studi di ITB. Selama ini Alif bersekolah di madrasah atau sekolah agama Islam. Alif merasa sudah cukup menerima ajaran Islam dan ingin menikmati.
Dengan berbekal  nilai ujian yang lumayan bagus membuatnya ingin melanjutkan masuk sekolah umum. Namun mimpinya seakan sirna, karena Amak tidak mengijinkan. Beliau menginginkan anaknya mewarisi keulamaan Buya Hamka, ulama yang terkenal di tanah kelahiran Alif. Dengan keputusan setengah hati Alif menuruti keinginan Amak. Namun Alif ingin bersekolah di Pondok Madani yang di Jawa Timur sesuai saran yang di tuliskan melalui surat oleh pamannya Pak Etek Gondo yang sedang berkuliah di Kairo. Dengan keterpaksaan kedua orang tuanya memperbolehkan Alif untuk melanjutkan sekolahnya di Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur.
Besok pagi Alif di antar ayahnya ke Jawa dengan menaiki bus. Sebelum meninggalkan rumah, Alif mencium tangan Amak sambil meminta doa dan minta ampun atas kesalahannya. Selama tiga hari dalam perjalanan ke Jawa akhirnya sampai juga di terminal Ponorogo. Di terminal tersebut mereka telah disambut oleh panitia penerimaan siswa baru di Pondok Madani. Kemudian mereka langsung diajak menaiki bus untuk berangkat ke Pondok Madani yang tidak jauh dari terminal tersebut. Sampainya di pondok, Alif mengisi folmulir sebagai calon siswa. Kemudian, mereka diajak oleh panitia untuk berkeliling di Pondok Madani.  Alif dan calon siswa lainnya melaksanakan ujian tulis. Setelah ujian Alif dan Ayahnya melihat papan pengumuman dan ternyata Alif dinyatakan lulus dan resmi menjadi siswa di Pondok Madani.
Orang bijak berkata “penderitaan bersamalah menjadi semen bagi pertemanan yang lekat”. Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai  Alif dari minang, Atang berasal dari Bandung, Raja berasal dari Medan, Dulmajid berasal dari Madura, Said berasal dari Surabaya, dan Baso berasal dari Sulawesi. Dari sinilah mereka bersahabat akrab.
“Man Jadda Wajada”. Pada hari pertama di Pondok Mdani, ustad Salman sebagai wali kelas Alif meneriakkan sebuah kalimat mutiara sederhana dan kuat yakni “Siapa yang bersungguh-sungguh akan behasil”. “Sahibul Menara” sebuah sebutan penghuni Pondok Madani terhadap Alif dan kelima sahabatnya yang selalu berkumpul di bawah menara tertinggi di Pondok Madani saat menunggu shalat magrib berjama’ah atau hanya menghabiskan waktu senggangnya untuk belajar bersama-sama, mendiskusikan tentang impian mereka, mengagumi kisah-kisah islami, semuanya dilakukan di tempat yang sama yaitu di bawah menara. Suatu ketika Sahibul Menara menunggu maghrib sambil menatap awan berarak pulang ke ufuk. Di mata mereka awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah “Jangan pernah meremehkan impian walau setinggi langit. Sesungguhnya Tuhan Maha Mendengar”.
Surat dari seberang pulau, Alif menerima surat dari Randai yang menceritakan masa-masa perkenalan di SMA bukittinggi. Kedatangan surat dari Randai itu membuat Alif jadi bersedih dan malas bicara. Alif membayangkan keindahan masa-masa berseragam putih abu-abu. Said dan Raja Mencoba menghibur Alif tapi tidak ada hasilnya. Malam harinya ada tambahan kelas malam. “Malam ini kita akan menghabiskan waktu keliling dunia” kata ustad Salman saat masuk di dalam kelas 1 A. Beliau membacakan potongan mutiara dari tokoh-tokoh ini, “BJ Habibie, Mutiara dari Timur” , “Bung Hatta, Pribadinya dalam Kenangan”, “Marthin Luther King, Jr: Stride Toward Freedom”, dan “Mohammed, The Man of Allah” yang membuat Alif cukup terhibur.
Pelajaran wajib yang selalu ada setiap hari, enam kali dalam seminggu adalah lughah Arabiah (bahasa Arab) yang diajarkan oleh ustad Salman. Alif dan teman yang lain, pelajaran yang paling ditunggu adalah taarikh (sejarah dunia) yang diajarkan oleh ustad Surur. Mata pelajaran Al-Qur’an dan Hadits juga dibawakan amat menarik oleh ustad Faris. Alif sangat menyukai pelajaran  Khatul Arabi (kaligrafi Arab) yang diajarkan oleh ustad Jamil. Pelajaran yang Alif suka tapi selalu berkeringat dingin saat menghadapinya adalah Mahfuzhat yang diajarkan oleh ustad Badil. Tapi dari semua pelajaran, bahasa Inggris adalah favorit Alif yang diajarkan oleh ustad Karim. Selain kelas pagi sampai jam 6, mereka juga mengikuti tambahan kelas sore untuk mendalami pelajaran pokok, khususnya bahasa Arab dan bahasa Inggris. Tambahan kelas malam yang dibimbing oleh wali kelas. Sementara kamis sore tidak ada pelajaran, tapi diisi dengan pelatihan pramuka. Tapi dari semua hari, hari yang paling mulia bagi kami dalah hari jum’at. Sebab, hari mulia ini adalah hari libur mingguan kami di Pondok Madani. Jum’at artinya bebas melakukan berbagai aktivitas yang tidak menyalahi aturan. Hari jum’at juga mereka boleh keluar dari Pondok Madani asal bisa kembali pada hari itu juga.
Hari jum’at ini, Said mengajak Sahibul Menara ke Ponorogo. Dengan berbagai macam alasan satu-persatu dari Sahibul Menara mendapatkan izin dari ustad Torik yang sedang piket saat itu. Mereka menyewa sepeda ontel dari rumah penduduk. Setelah keluar dari Pondok Madani, pertama yang mereka lakukan yaitu ingin memperbaiki gizi dan makan sate di warung Cak Tohir, membeli berbagai kebutuhan sekolah di pasar Ponorogo. Kedua, ingin melewati Ar-Rasyidah pesantren khusus putri yang terkenal. Yang ketiga agak beresiko, melewati bioskop. Said ingin melihat spanduk film yang di perankan oleh idolanya Arnold Schwarzenegger. Hujan turun sangat lebat, membuat Sahibul Menara terlambat 5 menit dari waktu yang ditentukan yakni jam 17.00. Karena keadaan tersebut mereka terbebas dari hukuman.
Begitu pula siasat Dulmajid yang memengaruhi ustad Torik agar boleh izin nonton bareng pertandingan final bulu tangkis di lingkungan Pondok Madani, padahal qanun (aturan pondok) menegaskan santri Pondok Madani di larang menonton TV. “Ustad, lob antum itu mirip sekali dengan Icuk dan smash atum mirip Liem Swie King. Kalau nggak percaya, kita nonton siaran langsung besok malam.” Kata Dulmajid. Ustad Torik langsung takhluk dan terjadilah peristiwa bersejarah itu : TV masuk Pondok Madani.
Dalam waktu 3 bulan, siswa tahun pertama Pondok Madani masih boleh menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah mereka sendiri. Namun setelah itu mereka harus menguasai bahasa resmi di Pondok Madani yakni bahasa Arab dan bahasa Inggris. Itu merupakan tantangan terbesar buat mereka. Setiap selesai shalat subuh seorang kakak penggerak bahasa masuk ke setiap kamar dengan membawa papan tulis kecil. Mereka diminta mengulangi bersama-sama dan satu persatu apa yang kakak tersebut katakan. Setelah itu diberikan sebuah kalimat sempurna dengan menggunakan kosa kata yang telah mereka ucapkan bersama-sama tadi. Lalu, giliran mereka membuat kalimat lain dengan menggunakan kosa kata ini. Sebelum di tutup, mereka disuruh meneriakkan kembali kosa kata tadi bersama-sama. Dan mereka diberikan tugas untuk menyalin kosa kata tadi dan membuat 3 contoh penggunaanya dalam kalimat. Itu semua dilakukan setiap hari, 7 kali seminggu. Sebuah metode sederhana yang sangat kuat dan mampu melekatkan bahasa baru ke dalam alam bawah sadar untuk tidak lepas lagi selamanya.
Sudah beberapa bulan Alif sengaja tidak menghubungi Amak sebagai protes tidak boleh masuk SMA. Cerita Kiai Rais berputar di kepalanya tentang susahnya menjadi seorang ibu. Karena Alif tidak mau menjadi seperti Malin Kundang maka Alif memohon ampun kepada Allah SWT. Malam itu juga, Alif  menuliskan surat untuk mengabari keadaannya di Pondok Madani kedapa Amak. Sejak itulah Alif teratur menulis surat ke Amak. Satu sampai dua kali sebulan.
Tiga tahun kemudian, hari pertama imtihan nihai datang juga. Warga Pondok Madani Menyebutnya “ujian di atas ujian”. Berbeda dengan ujian selama ini, untuk ujian kelas enam kami harus berpakaian rapi layaknya seorang penguji. Di awali dengan ujian lisan selama sepuluh hari, kemudian siswa diberikan waktu istirahat beberapa hari untuk mempersiapkan diri untuk ujian tulis. Selang beberapa hari kemudian, mereka masuk ke babak akhir perjuangan thalabul ilmi mereka di Pondok Madani : ujian tulis. Malam hari, mereka berkumpul di aula. Kebiasaan di Pondok Madani, sebuah ujian dibuka dan ditutup dengan pertemuan yang dipimpin oleh Kiai Rais. Inilah Malam Syukuran Ujian Akhir.
Sudah dua minggu berlalu sejak mereka merayakan selesainya ujian. Tiba saatnya, “Pengumuman kelulusan kita sudah ada, bisa di lihat di aula” seru Said sebagai ketua angkatan mereka berteriak-teriak setelah subuh.Alhamdulillah, Alif serta Sahibul Menara dan teman lainnya LULUS. Menurut pengumuman, hanya kurang dari sepuluh orang yang tidak lulus dan mereka dapat kesempatan untuk mengulang setahun lagi. Malamnya, diadakan yudisium dan khutbatul wada’ (Khutbah perpisahan) yang dipimpin oleh Kiai Rais. Beberapa bus dengan tujuan masing-masing sudah menunggu di depan aula, mereka sekali lagi bersalaman dan berangkulan dan berjanji akan saling berkirim surat. Entah kapan Alif akan melihat Sahibul Menara lainnya sebagai kawan-kawan terbaiknya lagi.
Setelah 15 tahun masa-masa sulit di Pondok Madani berlalu. Alif (Washington DC), Atang (Kairo), dan Raja (London) dipertemukan kembali di London setelan 11 tahun dipisahkan. Keberadaan Sahibul Menara yang lain yakni : Said meneruskan bisnis batik keluarga Jufri d Pasar Ampel, Surabaya. Sesuai cita-cita mereka dulu, Said dan Dulmajid mendirikan sebuah pondok dengan Semangat PM di Surabaya. Baso yang brilian ini kuliah di Mekkah dengan modal hapal luar kepala segenap isi Al-Qur’an, dia mendapat beasiswa penuh dari pemerintah Arab Saudi. Sedangkan, Atang telah delapan tahun menuntut ilmu di Kairo dan sekarang menjadi mahasiswa program doktoral untuk ilmu hadits di Universitas Al-Azhar. Sementara Raja telah 1 tahun tinggal di London, setelah menyelesaikan hukum Islam dengan gelar License di Madinah. Dia akan berada di London selama 2 tahun memenuhi undangan  komunitas Muslim Indonesia di kota ini untuk menjadi pembina agama. Alif sebagai wartawan di Independence Avenue.
Dulu mereka melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Mereka tidak takut bermimpi, walau sejujurnya juga mereka tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihatlah hari ini. Setelah mereka mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian ke pelukkan masing-masing. Mereka berenam telah berada di lima negara yang berbeda. Di lima menara impian mereka.

Penilaian atau pertimbangan pada suatu buku
 III.            Keunggulan buku
A.           Tema
Menunjukan penjelasan bahwa sekolah di pesantren itu tidak hanya diperuntukkan kepada anak-anak yang bermasalah. Tetapi untuk semua kalangan yang ingin belajar, baik dalam ilmu agama ataupun non agama.
Persahabatan dan kegigihan untuk meraih impian dan memberikan semangat, dengan cara setiap hari menyebutkan kalimat Man Jadda Wajadda (jika siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil)
B.            Amanat
·            “Man jadda wajadda (siapa yang bersunggu-sunggu akan berhasil dan Man shabara zhafira (siapa yang bersabar akan beruntung)” (hal 40)
·           “Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah berjuang” (hal 211)
C.           Perwatakan
Alif adalah seorang watak pertama di dalam buku Negeri 5 Menara . Pendapat saya tentang Alif adalah dia seorang yang suka mengikut perintah ibu bapanya dan seorang anak yang soleh dan itu adalah salah satu ciri-ciri perwatakan yang baik bagi Alif .
D.           Setting / Latar
1.    Latar tempat
·           Pondok Madani, Gontor, Jawa Timur
·           Maninjau, Bukittinggi, Sumatra barat,
·           Ponorogo, Jawa Timur
·           ITB, Bandung
·           Surabaya, Jawa Timur
·           Trafalgar Square, London Inggris
·           Washington DC, Amerika Serikat
2.    Latar waktu
diperkirakan mulai tahun 1988 sampai 2003
3.    Latar suasana
·           Mengharukan, menggembirakan, ada suka dan duka.
E.            Sudut pandang pengarang
Sudut pandang orang pertama (Aku), menceritakan dirinya sendiri.

 IV.            Kelemahan buku
F.            Alur
Menggunakan alur campuran, kelemahanya adalah ketika kembali ke masa lampau secara tiba-tiba dan kurang jelas.

    V.            Bahasa yangdigunakan pengarang

·      Bahasa Indonesia, bahasa minang, bahasa inggris, bahasa arab.
·      Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sangat menarik.
·      Mampu memperkaya kosakata dan wawasan berbagai macam daerah.
·      Terdapat catatan di bagian bawah yang menjelaskan arti dari kata tersebut.
·      Ungkapan-ungkapan dan peribahasa juga terdapat dalam novel tersebut, salah satunya “Man Jadda Wajada” yang sering di cantumkan.

 VI.            Sasaran Pembaca
Novel ini dapat dibaca oleh semua kalangan.

VII.            Simpulan Umum
Klimaks cerita kurang menonjol sehingga para pembaca merasa cerita sedikit datar. Setelah selesai membaca, pembaca merasa cerita belum selesai setuntas-tuntasnya. Mungkin disebakan karena penulis mendasarkan ceritanya pada kisah nyata dan tidak ingin melebih-lebihkannya. Setelah cukup panjang menceritakan tentang pondok, penulis beralih lagi ke kehidupan Alif sekarang. Bisa Mengubah pola pikir kita tentang kehidupan pondok yang hanya belajar agama saja. Banyak nilai-nilai keislaman yang terkandung dalam novel ini. Novel Negeri 5 Menara ini sangat menarik, mengharukan, sangat inspiratif dan termasuk novel bermutu.